This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 23 Februari 2017

KAROMAH KH. ABDUL HAMID PASURUAN

KH. ABDUL HAMID PASURUAN 




Suatu ketika ada seseorang meminta nomer togel ke Kyai Hamid..oleh Kyai Hamid diberi dengan syarat jika dapat togel maka uangnya harus dibawa kehadapan Kyai Hamid. Maka orang tersebut benar-benar memasang nomer pemberian Kyai Hamid dan menang. Saran ditaati uang dibawa kehadapan Kyai Hamid. Oleh kyai uang tersebut dimasukan ke dalam bejana dan disuruh melihat apa isinya. Terlihat isinya darah dan belatung. Kyai Hamid berkata “tegakah saudara memberi makan anak istri saudara dengan darah dan belatung?” Orang tersebut menangis dan bertobat. 

Setiap pergi ke manapun Kyai Hamid selalu didatangi oleh umat, yang berduyun duyun meminta doa padanya. Bahkan ketika naik haji ke Mekkah pun banyak orang tak dikenal dari berbagai bangsa yang datang dan berebut mencium tangannya. darimana orang tau tentang derajat Kyai Hamid? Mengapa orang selalu datang memuliakannya? Konon inilah keistimewaan beliau, derajat beliau ditinggikan oleh Allah SWT. 

Di masa orde baru, ada yang ingin mengajak Kyai Hamid masuk partai pemerintah. Kyai Hamid menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat. Ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, Kyai Hamid menerimanya dan menandatanganinya. Anehnya pulpen tak bisa keluar tinta, diganti polpen lain tetap tak mau keluar tinta. Akhirnya Kyai Hamid berkata : “Bukan saya yang gak mau tanda tangan, tapi bolpointnya gak mau”. Itulah Kyai Hamid, beliau menolak dengan cara yang halus dan tetap menghormati siapa saja yang bertamu kerumahnya.

Inilah beberapa dari banyak karomah Kyai Hamid. Kyai Hamid adalah realita nyata tentang munculnya seorang hamba Allah yang mempunyai kekuatan ma’rifat billah yang mumpuni dan kekuatan musyahadah atas nur tajalli dengan maqam wilayah yang amat tinggi. Dan kekuatan tersebut tentu tidak mungkin beliau dapatkan dengan serta merta tanpa melalui tahapan-tahapan amaliyah dan maqamat tarekat yang beliau jalani dan beliau istiqamahkan. Setidaknya -dari sirah Kyai Hamid yang dapat kita baca-, kualitas amaliyah dan maqamat itulah yang selalu beliau pancarkan dalam setiap gerak langkah beliau. Kewara’an, kezuhudan, ketawadlu’an, kesabaran, keistiqamahan, dan riyadlah. 

Dan yang jelas, kekuatan ma’rifat dan wilayah tersebut hingga saat ini telah menjadi hamparan hikmah yang maha luas dan menebarkan harum pada sanubari tiap orang yang mengenalnya. Hingga siapapun tak akan pernah kehabisan untuk mengais suri tauladan atas keagungan akhlaknya dan menempa keberkahan yang telah beliau sebarkan dalam setiap relung hati dan palung hidup kita. 

Sebelum menjadi kyai, semasa beliau mondok di Termas, Abdul Hamid (nama asli Kyai Hamid) banyak melakukan suluk tarekat secara sirri. Seperti sering pergi ke gunung dekat pondok Termas untuk melakukan khalwat dan dzikir. Tapi kalau ada orang datang, ia pura-pura mantheg (mengetapel) agar orang tidak tahu bahwa dia sedang berkhalwat. Amalan wirid juga sering beliau baca disela-sela aktifitasnya sebagai seorang santri. Bahkan, ketika sering diajak begadang untuk mencari jangkrik, Kyai Hamid segera membaca wirid ketika teman-temannya tidak melihatnya.

Lambat laun, aktifitas suluk Kyai Hamid dengan dzikir sirri (qalbi) dan membaca awrad semakin intens dilakukan di kamar Pondok. Bahkan diceritakan, semakin hari, Kyai Hamid semakin jarang keluar dari kamar untuk melakukan dzikir dan wirid tarekat tersebut. Sampai-sampai, kawan-kawannya menggodanya dengan mengunci pintu kamar dari luar. 

Beliau bersikap hormat pada siapapun. Dari yang miskin sampai yang kaya, dari yang jelata sampai yang berpangkat, semua dilayaninya, semua dihargainya. Misalnya, bila sedang menghadapi banyak tamu, beliau memberikan perhatian pada mereka semua. Mereka ditanyai satu per satu sehingga tak ada yang merasa disepelekan. “Yang paling berkesan dari Kiai Hamid adalah akhlaknya: penghargaannya pada orang, pada ilmu, pada orang alim, pada ulama. Juga tindak tanduknya,” kata Mantan Menteri Agama, Prof. Dr. Mukti Ali, yang pernah menjadi junior sekaligus anak didiknya di Pesantren Tremas. 

Beliau sangat menghormat pada ulama dan habaib. Di depan mereka, sikap beliau layaknya sikap seorang santri kepada kiainya. Bila mereka bertandang ke rumahnya, beliau sibuk melayani. Misalnya, ketika Sayid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki, seorang ulama tersohor dari Mekah, bertamu, beliau sendiri yang mengambilkan suguhan, lalu mengajaknya bercakap sambil memijatinya. Padahal tamunya itu lebih muda usia.

Sikap tawadhu’ itulah, antara lain, rahasia “keberhasilan” beliau. Karena sikap ini beliau bisa diterima oleh berbagai kalangan, dari orang biasa sampai tokoh. Para kiai tidak merasa tersaingi, bahkan menaruh hormat ketika melihat sikap tawadhu’ beliau yang tulus, yang tidak dibuat-buat. Derajat beliau pun meningkat, baik di mata Allah maupun di mata manusia. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW., “Barangsiapa bersikap tawadhu’, Allah akan mengangkatnya.” 

Beliau sangat penyabar, sementara pembawaan beliau halus sekali. Sebenarnya, di balik kehalusan itu tersimpan sikap keras dan temperamental. Hanya berkat riyadhah (latihan) yang panjang, beliau berhasil meredam sifat cepat marah itu dan menggantinya dengan sifat sabar luar biasa. Riyadhah telah memberi beliau kekuatan nan hebat untuk mengendalikan amarah. 

Beliau, misalnya, dapat menahan amarah ketika disorongkan oleh seorang santri hingga hampir terjatuh. Padahal, santri itu telah melanggar aturan pondok, yaitu tidak tidur hingga lewat pukul 9 malam. Waktu itu hari sudah larut malam. Beliau disorongkan karena dikira seorang santri. “Sudah malam, ayo tidur, jangan sampai ketinggalan salat subuh berjamaah,” kata beliau dengan suara halus sekali.

Beliau juga tidak marah mendapati buah-buahan di kebun beliau habis dicuri para santri dan ayam-ayam ternak beliau ludes dipotong mereka. “Pokoknya, barang-barang di sini kalau ada yang mengambil (makan), berarti bukan rezeki kita,” kata beliau. 

Pada saat-saat awal beliau memimpin Pondok Salafiyah, seorang tetangga sering melempari rumah beliau. Ketika tetangga itu punya hajat, beliau menyuruh seorang santri membawa beras dan daging ke rumah orang tersebut. Tentu saja orang itu kaget, dan sejak itu kapok, tidak mau mengulangi perbuatan usilnya tadi. Beliau juga tidak marah ketika seorang yang hasud mencuri daun pintu yang sudah dipasang pada bangunan baru di pondok. 

Melalui riyadhah dan mujahadah (memerangi hawa nafsu) yang panjang, beliau telah berhasil membersihkan hati beliau dari berbagai penyakit. Tidak hanya penyakit takabur dan amarah, tapi juga penyakit lainnya. Beliau sudah berhasil menghalau rasa iri dan dengki. Beliau sering mengarahkan orang untuk bertanya kepada kiai lain mengenai masalah tertentu. “Sampeyan tanya saja kepada Kiai Ghofur, beliau ahlinya,” kata beliau kepada seorang yang bertanya masalah fiqih. 

Beliau pernah marah kepada rombongan tamu yang telah jauh-jauh datang ke tempat beliau, dan mengabaikan kiai di kampung mereka. Beliau tak segan “memberikan” sejumlah santrinya kepada KH. Abdur Rahman, yang tinggal di sebelah rumahnya, dan kepada Ustaz Sholeh, keponakannya yang mengasuh Pondok Pesantren Hidayatus Salafiyah.

Menghilangkan rasa takabur memang sangat sulit. Terutama bagi orang yang memiliki kelebihan ilmu dan pengaruh. Ada yang tak kalah sulitnya untuk dihapus, yaitu kebiasaan menggunjing orang lain. Bahkan para kiai yang memiliki derajat tinggi pun umumnya tak lepas dari penyakit ini. Apakah menggunjing kiai saingannya atau orang lain. Kiai Hamid, menurut pengakuan banyak pihak, tak pernah melakukan hal ini. Kalau ada orang yang hendak bergunjing di depan beliau, beliau menyingkir. Sampai KH. Ali Ma’shum berkata, “Wali itu ya Kiai Hamid itulah. Beliau tidak mau menggunjing (ngrasani) orang lain.” 

Kiai Hamid, seperti para wali lainnya, adalah tiang penyangga masyarakatnya. Tidak hanya di Pasuruan tapi juga di tempat-tempat lain. Beliau adalah sokoguru moralitas masyarakatnya. Beliau adalah cermin (untuk melihat borok-borok diri), beliau adalah teladan, beliau adalah panutan. Beliau dipuja, di mana-mana dirubung orang, ke mana-mana dikejar orang (walaupun beliau sendiri tidak suka, bahkan marah kalau ada yang mengkultuskan beliau). 

Tanggal 9 rabiul awal 1403 H beliau berpulang ke rahmatulloh. Umat menangis, gerak kehidupan di Pasuruan seakan terhenti. Ratusan ribu orang membanjiri Pasuruan, memenuhi relung Masjid Agung Al Anwar dan alun alun serta memadati gang dan ruas jalan. Beliau dimakamkan di belakang masjid agung Pasuruan. Ribuan umat menziarahinya setiap waktu mengenang jasa dan cinta beliau kepada umat.

Rabu, 22 Februari 2017

Kenali apa saja yang menyebabkan murtad

Beberapa hari yang lalu saya diminta untuk mengisi materi di sebuah acara rutin yang diselenggarakan oleh IPNU dan IPPNU yang ada di kampung saya. Melihat semangatnya yang begitu tinggi, saya pun memenuhi permintaan tersebut. Itung-itung ikut belajar lagi bersama mereka, karena sudah cukup lama saya tidak pernah membuka kitab-kitab yang berada di pojokan almari saya, hehehe.

Di lihat dari segi umur dan juga kualitas keagamaan mereka rasanya kitab sullam At Taufiq yang tipis dan mungil ini cukup bagus dan tentunya sangat cocok untuk dipelajari bersama mereka. Karena, walaupun kitab ini tipis dan mungil tapi isinya bisa dikatakan cukup berbobot.

Pada pertemuan perdana, saya akan mengingatkan sekaligus menjelaskan wajibnya menjaga akidah dari sesuatu hal yang bisa merusak akidah itu sendiri. Ada banyak sekali perbuatan atau perkataan yang bisa merusak akidah keislaman kita, yang in sya’Allah akan saya bahas selengkapnya di artikel yang singkat berikut ini :


Menjaga dari perkara yang menyebabkan murtad
 

Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa kita orang islam wajib untuk menjaga akidah dari sesuatu yang merusaknya yaitu murtad (riddah). Di era seperti sekarang ini ada banyak sekali orang-orang yang menganggap remeh sebuah ucapan, sehingga keluar dari mulut mereka perkataan-perkataan yang bisa mengeluarkan mereka dari islam tanpa ia sadari (na’udzu billahi min dzalik).


Sesuatu yang bisa merusak akidah dalam artian bisa menyebabkan murtad ada 3 tiga macam :
  1. Murtad karena keyakinan (I’tiqod) 
  2. Murtad karena perbuatan, dan 
  3. Murtad karena perkataan
 Bagian yang pertama adalah Murtad karena keyakinan didalam hati, diantara contohnya adalah:
  • Ragu kepada Allah, artinya ragu dengan adanya Allah. 
  • Ragu kepada Rasulullah, contoh bila seseorang ragu apakah Nabi Muhammad benar-benar seorang rasul ataukah tidak?. 
  • Ragu dengan al qur’an, apakah benar-benar dari Allah atau justru karangan dari Nabi Muhammad sendiri? 
  • Ragu dengan adanya hari akhir (kiamat), apakah hari akhir itu benar-benar ada atau hanyalah sebuah dongeng. 
  • Ragu dengan surga dan neraka, apakah di akhirat benar-benar ada surga dan neraka ataukah hanya sebuah cerita sebelum tidur? Kita wajib mempercayai bahwa sekarang ini surga dan neraka sudah ada. Tidak seperti kaum mu’tazilah yang berpendapat bahwa surga dan neraka belum diciptakan, dan pada saatnya nanti baru akan diciptakan ketika hari pembalasan. 
  • Menghalalkan perkara haram (mencuri, membunuh, zina, dll) 
  • Mengharamkan perkara halal (nikah, jual beli dll) 
  • Mengingkari sesuatu yang diwajibkan ( sholat, membayar zakat, menjalankan puasa Ramadhan, dll) 
  • Mengingkari sifat-sifat wajib bagi Allah (wujud, qidam, baqo’, dll) 
  • Berkeinginan murtad dimasa mendatang. Maksudnya bila ada seseorang yang berkeinginan murtad tapi besuk kalau sudah umur 30 tahun, maka seketika itu juga orang tersebut sudah dihukumi murtad tanpa menunggu sampai berumur 30 tahun. 
  • Mengingkari Sahabat Nabi (Abu bakar, Umar, Stsman, Ali)
Demikian sedikit penjelasan yang bisa saya sampaikan dalam artikel ini. Sebenarnya masih banyak lagi contoh lain yang tidak bisa saya jelaskan satu persatu. Itu semua karena keterbatasan saya maupun waktu dan juga kitab yang saya pelajari. Untuk keterangan selanjutnya akan saya jelaskan di artikel berikutnya, in sya’Allah. Semoga bisa memberikan manfaat baik di dunia maupun akhirat. Amin!

Sabtu, 11 Februari 2017

Kesalahan-kesalahan dalam sholat yang banyak dilakukan orang awam

Kata "awam" merupakan istilah untuk seseorang yang tidak mempunyai keahlian di suatu bidang ilmu. Dalam bidang ilmu agama islam "al awam" dapat di artikan sebagai orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan agama atau punya ilmu agama tetapi tidak mendalaminya secara lebih serius. Mereka umumnya juga pernah belajar atau mengaji namun hanya sebatas ilmu pokoknya saja tidak mendalaminya secara lebih detail. 

photo by google

Dengan ke-awamannya mereka seringkali melakukan kesalahan-kesalahan baik kesalahan kecil yang tidak sampai membatalkan sholat hingga kesalahan fatal yang menyebabkan ibadahnya cacat syarat ataupun rukunnya. Bila kesalahan yang dilakukan hanya sebatas perkara sunah maka tidaklah mengapa. Tapi bagaimana bila itu merupakan perkara yang wajib seperti syarat dan rukun yang mana suatu ibadah tidak dianggap sah bila tidak memelihara syarat dan rukunnya. 

Dari sinilah saya akan meluruskan beberapa kesalahan yang paling sering terjadi oleh orang awam didalam sholat. Berikut penjelasan lengkapnya! Disimak baik-baik ya supaya tidak gagal paham : 

Membatalkan sholat karena lupa qunut

Qunut pada sholat shubuh hukumnya adalah sunah mu'akkad yang artinya kesunahan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan, akan tetapi tidak sampai membatalkan sholat jika seseorang lupa melakukannya bahka jika dengan sengaja sekalipun.  

Oleh karenanya bila kita lupa qunut tidak perlu membatalkan sholat, tetapi cukup menggantinya dengan sujud sahwi yang dilakukan tepat sebelum salam. Lalu bagaimana jika sujud sahwi juga ikut lupa? waduh nih anak mikir opo seh lali kok bertubi-tubi. Tak perlu khawatir karena sujud sahwi pun hukumnya juga tidak wajib, sama halnya dengan qunut. Jadi seandainya sujud sahwi juga ikut lupa maka sholatnya tetap dihukumi sah. 

Selain permasalahan di atas, orang awam juga banyak yang membatalkan sholat karena lupa tahiyyatul awal, lupa pada bilangan rokaat, dan lain-lain yang semestinya tidak perlu membatalkan sholat, karena pada dasarnya membatalkan sholat itu tidak boleh kecuali jika memang ada sesuatu yang menyebabkan sholat itu batal seperti kentut dan lain-lain.

Makmum masbuk tidak menemukan ruku' bersama imam

Makmum masbuk adalah  makmum yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca surat al-fatihah sampai selesai. Seperti  ketika seorang makmum yang datang dalam keadaan imam sudah membaca surat-surat pendek atau bahkan sudah dalam keadaan ruku'. Maka makmum dalam kondisi seperti ini tidak mungkin bisa menyelesaikan bacaan fatihahnya di waktu yang amat sempit tersebut.

 Lalu apa yang mesti dilakukan makmum tersebut? Apakah harus membaca surat al-fatihah walaupun hanya dapat beberapa ayat saja? Ataukah harus membacanya sampai selesai walapun tertinggal jauh dari imam?

Nah, melalui artikel ini saya akan menjelaskan bagaimana yang mesti dilakukan oleh makmum masbuk tersebut. Karena permasalahan seperti ini sering kali terjadi dan umumnya masyarakat awam salah mengambil langkah yang benar.

Yang pertama bila makmum datang ketika imam sudah membaca surat-surat pendek maka sebaiknya ia sesegera mungkin untuk takbirotul ihrom kemudian dilanjutkan dengan membaca surat al-fatihah, tidak perlu membaca do'a iftitah karena kondisinya sudah tertinggal jadi membaca surat al-fatihah lebih penting karena merupakan rukun sholat.

Dan apabila imam ruku', ia harus segera ikut ruku' bersama imam, tidak perlu menyelesaikan bacaan fatihah. Karena bila anda tetap melanjutkan bacaan fatihah kemudian imam i'tidal padahal ia masih dalam keadaan berdiri, berarti itu artinya ia telah kehilangan rokaat pertama (maksudnya rokaat pertama tidak dihitung). Dan nanti setelah imam salam ia harus berdiri untuk menambah satu rokaat lagi. Karena sebagai syarat mendapatkan rokaat pertama bagi makmum masbuk ia harus menemui ruku' yang bersamaan dengan imam.

Yang kedua bila makmum datang dalam keadaan imam sudah ruku' maka ia setelah takbirotul ihrom harus segera ikut ruku' tanpa membaca surat al-fatihah terlebih dahulu. Dan apabila makmum hendak akan ruku' bersamaan dengan i'tidalnya imam maka ia juga tidak mendapatkan rokaat pertama karena tidak menemui ruku' yang bersamaan dengan imam. Dan nanti setelah imam salam ia harus berdiri untuk menambah satu rokaat lagi seperti pada keterangan di atas.

Tidak melafalkan rukun qouli

Cukup sering saya melihat orang yang sholat tidak menggerakkan bibirnya ketika membaca surat al-fatihah. Mereka mencukupkan dengan membacanya didalam hati saja. Padahal surat al-fatihah termasuk rukun qouli yang wajib dibaca dengan menggerakkan bibir sehingga terdengar suara yang minimal bisa terdengar oleh diri sendiri. 

terdapat 4 rukun qouli didalam sholat yaitu : 
  1. Takbirotul ihrom,  
  2. bacaan surat al-fatihah, 
  3. bacaan tahiyyat, dan 
  4. Salam yang pertama. 
Keempat rukun tersebut harus dibaca dengan menggerakkan bibir hingga terdengar suara, tidak cukup dengan membacanya didalam hati, begitu juga tidak boleh membaca dengan menggerakkan bibir tetapi tidak sampai terdengar suara sama sekali.

Mengejar Imam satu rokaat

Kejadian makmum yang mengejar imam satu rokaat ini contohnya seperti ketika makmum yang datang tertinggal satu rokaat dengan imam. kemudian makmum mengejar satu rokaat yang tertinggal tersebut sehingga akhirnya makmum bisa mengikuti imam sampai imam salam tanpa ada rokaat yang tertinggal. (hahahaa enak tow gak perlu menambah satu rokaat lagi, udah dikebut kayak bus malam yang lagi kejar target).

Kejadian seperti ini memang sudah jarang terjadi. Umumnya yang melakukan kesalahan seperti ini adalah orang yang dimasa kecil atau mudanya tidak mau atau tidak pernah belajar bagaimana cara beribadah yang benar. Barulah ketika sudah tua mau menjalankannya. Terlebih ketika bulan ramadhan dimana orang-orang yang mulanya jarang ke masjid pada berbondong-bondong keluar semua untuk melaksanakan sholat tarawikh. 

Demikian beberapa kesalahan yang banyak dilakukan masyarakat awam. Artikel akan di update sewaktu-waktu bilamana ada lagi penambahan. silahkan share jika ini bermanfaat! Boleh di copas dan lebih baik sertakan sumbernya! (nak ora yo ora popo, hehehe).  
Dan saya selalu berharaf semoga bisa memberi manfaat! Amin...!!!


Jumat, 13 Januari 2017

Makmum wanita disamping makmum pria, Dapatkah fadhilah jama'ah?

Deskripsi Masalah :
Bila anda sering sholat berjamaah di masjid atau musholla tentu anda tau, dimana biasanya posisi shof jamaah wanita berada di samping kiri dari shof jamaah pria. Hal ini tentu tidak sesuai dengan aturan syariat yang mana dijelaskan bahwa posisi shof jamaah wanita adalah di belakang shof jamaah pria bukan disamping kiri bahkan kanan, seperti yang telah diterangkan dalam kitab-kitab fiqih. 




Pertanyaan :
Apakah menata shof jamaah dengan menata jamaah wanita ditempatkan disamping shof jamaah pria itu telah mendapatkan fadhilah jamaah? 

Jawab :
Menurut sebagian ulama' penataan shof tersebut tetap mendapat fadhilah jamaah namun tidak mendapat fadhilah shof. karena sholat jamaah yang dikerjakan tidak mengikuti aturan penempatan shof berjamaah sebagaimana ditetapkan oleh syariat yaitu menempatkan makmum wanita berada dibelakang makmum laki-laki.

Referensi :
  1. Al minhaj al qowim, hal 176
  2. Hasyiyah i'anathut thalibin juz 2 hal 31
  3. Al majmu' juz 4 hal 301



المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية للهيتمي (ص: 176)
ولو حضر ابتداء معا أو مرتبا او النسوة وحدهن فإنها تقوم او يقمن خلفه لا عن يمينه ولا عن يساره للإتباع ويقف ندبا فيما اذا تعددت أصناف المأمومين خلفه الرجال صفا ثم بعد الرجال إن كمل صفهم الصبيان صفا ثانيا وإن تميزوا عن البالغين بعلم ونحوه هذا ان لم يسبقوا أي الصبيان إلى الصف الأول فإن سبقوا إليه فهم أحق به من الرجال فلا ينحون عنه لهم لأنهم من الجنس بخلاف الخناثى النساء ثم بعد الصبيان وإن لم يكمل صفهم الخناثى ثم بعدهم وإن لم يكمل صفهم النساء للخبر الصحيح ليليني منكم أولو الأحلام والنهي أي البالغون العاقلون ثم الذين يلونهم ثلاثا ومتى خولف الترتيب المذكور كره وكذا كل مندوب يتعلق بالموقف فإنه يكره مخالفته وتفوت به فضيلة الجماعة

 حاشية إعانة الطالبين (ج 2، ص 31)
قوله: ويقف الخ، أي ويسن اذا تعددت أصناف المأمومين أن يقف خلفه الرجال، ولو أرقاء، ثم بعده - إن كمل صفهم - الصبيان، ثم بعدهم - وإن لم يكمل صفهم - النساء. وذلك للخبر الصحيح: ليليني منكم أولو الاحلام والنهى - أي البالغون العاقلون - ثم الذين يلونهم ثلاثا ومتى خولف الترتيب المذكور كره

حاشية إعانة الطالبين: (ج 2، ص 31)
قوله: تفوت فضبلة الجماعة، أي التي هي سبع وعشرون درجة، أو خمس وعشرون. ولا تغفل عما سبق لك من أن المراد فوات ذلك الجزء الذي حصل فيه ذلك المكروه، لا في كل الصلاة

المجموع شرح المهذب - شجرة العناوين (ج 4301)
فرع - قد ذكرنا أنه يستحب الصف الأول ثم الذي يليه ثم الذي يليه إلى آخرها وهذا الحكم مستمر في صفوف الرجال بكل حال وكذا في صفوف النساء المنفردات بجماعتهن عن جماعة الرجال أما اذا صلت النساء مع الرجال جماعة واحدة وليس بينهما حائل فافضل صفوف النساء آخرها لحديث أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "خير صفوف الرجال أولها وشرها آخرها وخير صفوف النساء آخرها وشرها أولها" رواه مسلم. واعلم أن المراد بالصف الأول الصف الذي يلي الإمام سواء تخلله منبر ومقصورة واعمدة وغيرها أم ل


NB : Ini adalah hasil keputusan LBM PWNU Jawa Tengah, Januari 2017.
Semoga bermanfaat! 

Sabtu, 07 Januari 2017

Bolehkah niat seperti yang diniatkan oleh Imam

Dalam sebuah rombongan musafir, mereka melakukan sholat dhuhur dan ashar dengan cara dijamak (mengumpulkan dua waktu sholat menjadi satu waktu) dan qoshor (meringkas sholat 4 rokaat menjadi 2 rokaat).




Pertanyaan :
Bolehkah bagi makmum cukup niat seperti apa yang diniatkan oleh imam? 

Jawab :
Tidak cukup niat seperti apa yang diniatkan oleh imam, akan tetapi harus niat jamak dan qoshor pada saat takbiratul ihram.

Dalil/Ta`bir :
I'anatut Thalibin juz 1, hal 71 :

(قوله نية قصر) اي كأن يقول نويت أصلي الظهر مقصورة، ومثل ذلك ما لو نوى الظهر مثلا ركعتين وان لم ينو ترخصا وما لو نوى أؤدي صلاة السفر. فلو لم ينو ماذكر بأن نوى الإتمام او اطلق أتم لأنه المنوي في الأولى والأصل في الثانية.



 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.